Hikayat Jodha Akbar
|
29 April 2015
|
Hikayat
|
Siapa yang suka sama serial India
yang tayang di ANTV setiap hari berjudul “JODHA AKBAR”? Ada yang sudah membaca
kisah sebenarnya yang ada dalam sejarah? Yups, kali ini Chacha mau share kisah
tersebut disini (perlu diketahui kalau kisah Jodha Akbar sebenarnya ada
beberapa versi sejarah, dan yang mau Chacha share adalah versi yang pernah
Chacha baca). So, check this out…………
Jalaluddin Mohammed Akbar |
Mariam-uz-Zamani |
Salim / Maharaja Jahangir |
Jalaluddin Mohammed
Akbar, atau dalam pelafalan Indonesia dikenal sebagai Muhammad Jalaluddin Akbar
/ Sultan Akbar merupakan Sultan ketiga dalam sejarah Kesultanan Mughal di
India. Akbar merupakan cucu dari pendiri Kesultanan Mughal, Sultan Babur
(Zaheeruddin Mohammed Babur) dan putra dari Sultan Humayun bersama Hamida Bano
Begum. Akbar lahir pada tanggal 23 Nopember 1542 dan diasuh oleh Maham Anga,
karena ibunya sendiri, Hamida Bano menghabiskan sebagian besar waktunya bersama
Sultan Humayun yang saat itu sedang berada di pengasingan. Akbar naik tahta
Mughal di usianya yang ketiga belas (Februari 1556) menggantikan Sultan Humayun
yang meninggal dunia. Karena usianya yang masih sangat muda tersebut, dalam
melakukan pemerintahan Akbar didampingi oleh walinya bernama Bairam Khan.
Masa pemerintahan
Akbar dapat dikatakan sebagai masa keemasan dari Kesultanan Mughal. Pada saat
itu perluasan wilayah kekuasaan telah mencapai Chundar, Ghond, Chitor,
Rantabar, Surat, Behar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilghard, Narhala,
Alamghar dan Asirghar. Dia juga merupakan Sultan yang paling dihargai karena
memiliki pandangan liberal terhadap semua agama dan kepercayaan yang ada saat
itu.
Berkenaan dengan
kepercayaan, pada awalnya Akbar adalah seorang muslim ortodoks yang takwa. Dia rajin
menunaikan shalat lima waktu secara berjamaah, sering melakukan adzan sendiri
dan membersihkan masjid. Dia juga sangat menghormati dua orang pemuka agama
istana, Makhdum ul-Mulk dan Syekh Abdul Nabi. Akbar juga menghormati seorang
sufi besar aliran Chistiyyah bernama Khwaja Muinuddin, ketika sufi tersebut
meninggal dunia Akbar secara rutin mengunjungi makamnya di Ajmer. Akbar juga
membangun rumah ibadah yang dipergunakan sebagai tempat untuk berdiskusi
masalah agama yang diberi nama ibadat
khana. Tapi dari sini kekecewaan Akbar dimulai, ketika dia sering menyaksikan
perdebatan diantara para ulama yang bersikap saling memojokkan satu sama lain. Kekecewaan
Akbar memuncak ketika Syekh Abdul Nabi sebagai sadr-ul sudur menjatuhkan hukuman mati kepada seorang brahmana yang
didakwa mengambil material untuk pembangunan masjid dan menghina Nabi Muhammad
SAW. Akbar merasa geram dengan keputusan tersebut, akan tetapi kekuasaannya
untuk memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan keagamaan sangat terbatas dan
kekuasaan tersebut sepenuhnya berada di tangan sadr-ul sudur. Karena itu dia bercerita kepada Syekh Mubarak,
seorang ulama yang kemudian memberitahu Akbar bahwa menurut hukum Islam jika
terjadi silang pendapat diantara ahli hukum maka kepala pemerintahan berhak
memilih salah satu pendapat. Kemudian Syekh Mubarak menyusun sebuah dokumen
yang berisi para ulama mendukung sepenuhnya terhadap keputusan Akbar dalam
bidang agama asalkan demi kepentingan Negara dan tetap berlandaskan pada Al-Qur’an.
Dokumen tersebut
kemudian dijadikan dasar oleh Akbar untuk memproklamirkan dirinya sebagai Imam
Adil yang berhak memutuskan semua perkara termasuk di bidang agama, akan tetapi
dia melupakan dua syarat yang tercantum yaitu “demi kepentingan Negara dan
berlandaskan pada Al-Qur’an”. Akbar kemudian menjadikan ibadat khana tidak hanya dihadiri oleh pemuka umat muslim namun
juga oleh pemuka Hindu, Syikh dan Kristen. Kebijakannya menjadi sangat toleran
bahkan di beberapa hal justru menyudutkan umat Islam. Dia menghapuskan pajak
perlindungan (jizyah) yang berlaku bagi non muslim dan memperlakukan semua rakyatnya
dengan sama tanpa memandang agamanya. Selain itu Akbar juga membuat
undang-undang perkawinan baru yang melarang perkawinan di bawah umur, poligami
dan menggalakkan perkawinan antar agama. Dia juga menghapuskan tradisi
perbudakan.
Pada perkembangannya
Akbar kemudian membuat sebuah perkumpulan yang diberi nama Din-i-Illahi (Agama Ketuhanan) atau disebut juga Tauhid Illahi (Ketuhanan yang Maha Esa).
Perkumpulan ini memiliki ciri-ciri diantaranya: Percaya pada keesaan Tuhan,
Akbar sebagai khalifah Tuhan dan seorang padash
(insan kamil) sehingga terhindar dari kesalahan, semua pemuka agama harus
tunduk dan sujud kepada Akbar, Akbar pantang memakan daging, menghormati api
dan matahari sebagai simbol kehidupan, menjadikan hari Ahad sebagai hari resmi
ibadah, serta kata Assalamu’alaikum diganti
dengan Allahu Akbar dan Wa’alaikum salam diganti menjadi Jalla jalalah.
Dalam bidang
pemerintahan, sebagai seorang Sultan Akbar mengukuhkan kekuasaannya dengan melakukan
diplomasi bersama kasta Hindu terkuat saat itu yaitu kasta Rajput dengan
menikahi seorang putri Rajput dari Negeri Amer bernama Rajkumari Jodha Bai /
Heer Kunwari / Hira Kunwari / Harka Bai. Selanjutnya, Jodha lebih dikenal
sebagai Mariam-uz-Zamani karena
merupakan ibu dari penerus tahta Kesultanan Mughal, Salim. Selain Jodha, Akbar
memiliki 36 orang istri lainnya. Namun yang paling istimewa bagi Akbar dari
begitu banyak istrinya adalah Jodha Bai, Ruqaiya Sultan Begum dan Salima Sultan
Begum. Dari pernikahannya Akbar dikarunia putra-putri, yaitu: Hassan, Hussain,
Salim (Jahangir), Murad, Daniyal, Aram Banu Begum, Shakr-un-Nisa Begum,
Shahzadi Khanum dan Maluki Bai.
Meskipun Akbar
adalah seorang yang buta huruf (atau diduga mengidap disleksia) akan tetapi dia
sangat memuliakan ilmu pengetahuan. Dia sering mengundang para cendekiawan dan
juga pemuka barbagai agama untuk berdiskusi dengannya. Akbar pernah memberikan
perintah kepada Jerome Xavier seorang pastor Yesuit untuk menerjemahkan 4 Injil
ke dalam bahasa Persia. Dari sekian banyak cendekia dan orang bijaksana yang
pernah dikumpulkan Akbar ada 9 tokoh berbakat di bidangnya yang dikenal sebagai
nau-rathan atau 9 permata. Mereka adalah:
1. Abul Fazl,
dia telah menulis biografi dari Akbar berjudul Akbarnama yang diselesaikannya dalam kurun waktu 7 tahun. Dia juga
mencatat sejarah pemerintahan Akbar dengan sangat terperinci dan menerangkan
kemakmuran Kesultanan Mughal di zaman Akbar.
2. Feizi,
adalah saudara dari Abul Fazl. Feizi adalah seorang penyair yang sangat
dihormati Akbar sehingga melantiknya menjadi guru bagi puteranya. Dari Feizi
lahirlah karya bernama Lilabati yang
berkenaan dengan matematika.
3. Mian Tansen,
adalah seorang penyanyi terkenal dan telah menggubah banyak raga (ritme musik) klasik. Raga Deepak dan Megh Malhar adalah karyanya yang terkenal. Dikisahkan, saat menyenandungkan
raga-raga tersebut Tansen menyalakan pelita dan menyebabkan hujan turun. Dia juga
disebutkan sebagai orang yang menciptakan raga
Darbari Kanada dan menjadi peletak dasar nyanyian Drupad. Para Ghanara masa
kini selalu mencoba untuk menirukan cara klasik Mian Tansen.
4. Birbal,
adalah seorang brahmana miskin yang dilantik oleh Akbar menjadi salah satu dari
menterinya karena kebijaksanaan dan daya pemikirannya yang luar biasa. Pada awalnya
dia bernama Maheshdas, akan tetapi kemudian diberikan nama Raja Birbal oleh Akbar.
Akbar sangat mempercayainya karena kepandaian dan kepiawaiannya dalam menghibur
Sultan dan seisi istana. Selain itu Birbal juga dikenal sebagai seorang
sastrawan dengan karyanya bertuliskan nama samaran Brahma hingga kini masih tersimpan dengan baik di museum Bharatpur.
5. Todar Mal,
adalah menteri keuangan Akbar dan pengurus pendapatan cukai Negara sejak tahun
1560. Dia memperkenalkan sistem piawai untuk menghitung berat dan ukuran, hasil
pendapatan daerah dan kepegawaian. Caranya yang sistematis kemudian menjadi
contoh bagi Kesultanan Mughal dan Kerajaan Inggris. Selain sebagai menteri
keuangan dia juga menjabat sebagai seorang perwira dan pernah membantu Akbar
dalam perebutan Benggala dari pemberontak Afghan. Karena jasanya tersebut Akbar
menganugerahinya dengan gelar Diwan-I-Ashraf
pada tahun 1582.
6. Man Singh,
adalah seorang pangeran dari Amer. Dikisahkan bahwa dia adalah keponakan dari
Jodha Bai yang menyertai bibinya saat menikah dengan Akbar dan memutuskan untuk
mengabdi pada Kesultanan Mughal. Man Singh telah banyak melakukan pertempuran
untuk Akbar, salah satunya sebagai pemimpin tentara dalam perebutan wilayah
Orissa.
7. Abdul Rahim
/ Khan-I-Khan, merupakan seorang penyair. Dia adalah putera dari wali Akbar
semasa kecil, Bairam Khan. Setelah Bairam Khan meninggal, isterinya menjadi
isteri kedua bagi Akbar.
Dua permata
lainnya adalah Fagir Aziao Din dan Mullan Do Piaza. Selain kesembilan tokoh
tersebut terdapat beberapa nama yang turut menjadi “permata” bagi Kesultanan
Mughal di zaman Akbar, diantaranya Daswant (pelukis), Abdu us-Samad (pembuat
kaligrafi), dan Mir Fathullah Shiraz (pedagang, filsuf, dokter).
Pada akhir
masa pemerintahannya Akbar selalu bersitegang dengan putera mahkotanya, Salim,
yang kemudian lebih dikenal sebagai Maharaja Jahangir hingga tercetus beberapa
pemberontakan yang dipimpinnya. Pada tahun 1599 Akbar menghadapi pemberontakan
puteranya. Akbar tidak tenteram dengan keadaan ini sehingga wafat pada 15
Oktober 1605 di Agra dan dimakamkan di Sikandra. Sedangkan Mariam-uz-Zamani meninggal pada 19 Mei 1623, dimakamkan di Sikandra.
No comments:
Post a Comment