Jeko (udah) Siap Ujian
|
24 December 2012
|
Cerpen
|
Takdirnya anak sekolahan adalah ujian. Begitu juga dengan Jeko, cowok desa yang bersekolah jauh-jauh ke Jakarta dengan harapan suatu saat nanti bisa jadi Presiden Indonesia berikutnya. Berhubung Jeko gak terlalu jenius (ini istilah karangan dia sendiri lho!) jadi Jeko perlu belajar juga untuk ujian mid semester. Sebelum mulai belajar, Jeko ngumpulin dulu trik-trik untuk belajar. Pergilah Jeko ke toko buku dan ada setengah lusin buku yang ngajarin kita biar bisa belajar dengan efektif tapi setelah diliat-liat ternyata harganya nggak efisien. Jadi dengan berat hati Jeko terpaksa menunda keinginannya untuk beli buku itu dan mutusin untuk ngikutin orang, lho?
Iya. Orang yang diikuti Jeko itu kebetulan membeli buku yang diincar Jeko tadi. Begitu sampe diluar Jeko langsung beraksi, dia menghadang cowok itu sampe cowok itu melompat sangking kagetnya. Dia kira dia bakalan ditodong sama Jeko tapi Jeko malah bersimpuh di depan kakinya.
"Mas, tolong saya, Mas?"
"Sudah dua hari gak makan, ya?" kata cowok itu menebak kalimat klise yang biasanya dipake pengemis kalo minta sedekah.
"Bukan!" Jeko keki banget sama tuduhan gak beralasan itu. "Saya minta tolong numpang baca bukunya sebentar aja."
"Ooo... kenapa tadi gak beli? Kan di dalem masih banyak?"
Cowok itu mikir-mikir dulu kayak cewek kalo lagi milih baju di toko. "Boleh, deh."
Mereka terus duduk di bangku halte gak jauh dari toko buku dan Jeko membaca trik-trik itu dengan cepat.
"Cepet banget! Gampang banget ya?" tanya cowok itu perhatian.
"Bacanya gampang, sih. Tapi kok saya gak ngerti, ya?"
Dengan tampang jutek yang cuma bisa disaingin sama tokoh antagonis di sinetron, cowok itu merebut bukunya dari tangan Jeko dan membaca bukunya dengan cepat lalu mendiktekan intinya pada Jeko. Jeko menyalinnya pada kertas tisu, yang dia minta dari cowok itu dan setelah selesai ia menyalami cowok baik hati itu dengan jabatan erat yang hangat.
"Jasa Mas gak akan saya lupakan. Akan saya balas kelak."
"Balesannya cuma satu, jangan sampe kita ketemu lagi, oke?"
Itu sih gampang.
****
Trik 1:
Bangun sepagi mungkin, tidur siang kalo sempet dan tidur semalem mungkin supaya waktu belajar banyak.
Bangun pagi urusan mudah, yang susah tiap pagi Jeko musti mencuci baju, masak buat sarapan dan mandi. Hal terakhir ini aja musti dilakukan selama minimal setengah jam, kalo gak penampakan Jeko bakalan lebih mengerikan nantinya.
Jadi Jeko bangun lebih pagi, cuma sempet masak buat sarapan dan mandi lebih pagi. Apakah Jeko lebih pinter? Nggak. Baju kotornya di kamar kos bertumpuk dan karena mandi kepagian, dia masuk angin.
Siangnya Jeko mencuci baju yang nggak sempet dicuci paginya dan akibatnya Jeko jadi gak tidur siang, sehingga malemnya Jeko susah melek. Satu-satunya bagian dari buku biologi yang sempet dibaca Jeko sebelum tidur adalah 'Virus'. Itu judul bab.
Trik 2:
Dengarkan musik yang tenang, yang bisa membuat pikiran rileks. Jangan dengerin musik yang pake syair/lirik karena bisa mengganggu konsentrasi belajar
Berarti lagu-lagu Didi Kempot gak masuk hitungan untuk sementara. Jeko menyingkirkan kaset-kaset om Didi dan minjem kaset instrumen di kamar Yoyok. Dia cowok paling kalem di tempat kosnya jadi Jeko beranggapan kalo dia pasti punya kaset-kaset tanpa lirik.
Tapi jenis kepribadian gak ada hubungannya sama selera musik. Yoyok cuma mengoleksi lagu-lagu rock. Paling lembut slipknot dan dia malah nawarin Jeko tuk minjem lagu Jamrud atau Dream Theater. Jeko bergeser ke kamar Monang dan cowok bertampang bengis itu ternyata malah punya sederet lagu tanpa lirik. Mulai dari lagu klasik, kicauan burung murai batu, sampe kaset meditasi. Jeko mencomot satu kaset meditasi yang bergambar air terjun.
Ternyata suara air terjun dalam kaset Monang, benar-benar menenangkan. Percikannya membuat Jeko inget kampung halaman, inget empang, inget emak.. Jeko merasa nyaman dan akhirnya ketiduran.
Trik 3:
Bikin kelompok belajar, kalo bisa anggota lainnya emang punya niat belajar.
Jeko ngedaftar orang-orang paling pinter di kelasnya tapi daftar itu akhirnya diralat lagi sama Jessica, teman sebangkunya karena ternyata siapa yang dianggap pinter sama Jeko ternyata gak pinter dimata Jessica.
"Doni selalu dapet nilai bagus!"
"Doni tukang nyontek, Jeko!"
"Rita pinter berhitung!"
"Cuma masalah uang kas sama uang SPP, dia bendahara sekolah."
"Rizky ahli sejarah!"
"Sejarah yang Rizky tahu cuma masalah perang Diponegoro. Itu gak ada di bahan ujian!"
"Winda pinter!" Jeko yakin sama yang satu ini. Dia sering membaca prestasi Winda yang hebat-hebat di mading. Tapi Jessica malah menatap Jeko dengan tatapan 'lo kok tolol amat, sih?'
"Jeko, Winda emang pinter. Satu sekolahan juga tahu. Tapi dia kan sudah lulus tahun lalu dan udah kuliah di Bandung. Mana mau dia bikin kelompok belajar sama kamu?"
Jadilah Jessica menyusun daftar baru dan daftar tadi masih dicoret-coret lagi karena gak semua orang sudi belajar bareng sama Jeko atau kalimatnya diganti: semua orang gak sudi belajar sama Jeko...
Acara belajar bareng dimulai di rumah Desi. Desi ini masuk ke dalem kriteria Jessica: pinter dalam hal berhitung beneran, tahu sejarah selain perang Diponegoro dan satu kelas dengan Jeko. Tahu-tahu mereka sudah membendangkan buku cetak, kertas buram dan mulai berdiskusi. Jeko berusaha menangkap kata-kata mereka.
"DNA bisa dilihat dalam jaringan kulit!"
"Rambut juga!"
"DNA kan ada rantainya!"
"RNA juga ada rantainya!"
"Tapi asam aminonya gak ada!"
Mereka lagi ngomongin apa, sih? Biar kelihatan pinter juga, Jeko nyeletuk, "Taufik Hidayat bukan pemain ganda, lho!"
Serentak rekan-rekan belajarnya menoleh pada Jeko, hening sejenak, lalu mereka melemparkan tatapan yang sama kayak yang ditunjukin Jessica kemarin. Jeko menunduk dalem-dalem sampe dagunya nempel sama dada sambil meremas-remas tisu di tangannya. Kayaknya mendingan dia tutup mulut aja.
Trik 4:
Ringkas bahan-bahan ujian, rangkum buku-buku yang bisa dirangkum dan ulang semua bahan.
Jeko membaca kalimat ini berulang-ulang karena gak ngerti maksudnya. Karenanya dia tanya Kirno, temen kosnya yang langsung menunjuk buku-buku pelajaran Jeko di sudut kamar.
"Itu lo baca semua, yang penting-penting lo garis bawahi terus lo baca ulang."
"Lho? Itu kan caranya belajar? Semua juga tahu!"
"Ya, emang begitu caranya belajar. Lo pikir ada cara laen?" Kirno langsung ngeloyor pergi.
Jeko sudah hampir menangis. Jadi beli buku trik cara belajar gak bisa bikin kita gampang ngerjain soal ujian? Kalo cuma begitu, ngapain pake beli buku segala? Eh salah, deng! Ngapain pake minjem buku segala!
Jeko menurut. Ia mengambil secara acak sebuah buku di pojok kamar, menggarisi semua yang dianggapnya penting (dan karena semua penting akhirnya bukunya jadi penuh garis). Membacanya dua kali termasuk garisnya. Setelah membacanya Jeko merasa lebih pinter. Begini ya rasanya pinter? Asyik juga!
Trik 5:
$#^&((&^%$@#$
Bacaannya gak jelas, tisunya lepek karena kemarin diremas berjam-jam sama tangan Jeko yang lagi basah oleh keringet. Padahal mungkin ini tips yang paling penting. Jeko ngabisin waktu semaleman untuk menangisi tulisan gak kebaca itu dan bangun kesiangan besok paginya.
****
Jeko dateng terbirit-birit ke sekolah, telat dan setelah memohon sambil memeluk betis satpam sampe terseret-seret di tanah selama lima menit akhirnya Jeko dikasih masuk kelas. Jeko masuk ke ruang ujian dengan rasa percaya diri melebihi Paris Hilton. Setelah mendapat soal ujian, rasa percaya diri Jeko melorot drastis. Soal apa ini? Kok gak ada yang dia tahu? Jangan-jangan Jeko salah masuk kelas. Jeko melirik sekeliling dan ternyata isi kelasnya benar-benar teman sekelasnya. Ada Desi, Ramon, Jessica. Pasti salah soal.
Jeko melirik judul ujian.
UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL SMA
MATA PELAJARAN BIOLOGI
KELAS: XI IPA
Kelas XI IPA. Jeko gak salah masuk kelas dan pengawasnya gak salah ngasih soal. Yang dibacanya kemarin buku Biologi kelas sepuluh. Dia salah baca buku.
Jeko ngambil rautan yang ada cerminnya dan dengan hati terluka juga air mata yang siap mengalir Jeko bercermin, memandang dirinya sendiri dengan tatapan: 'lo kok tolol amat, sih?'
Ini pasti akibat trik kelima yang gak kebaca itu. Kata Jeko dalem hati buat cari alasan. Dalam hal mencari-cari alasan, Jeko emang kreatif. Jadilah besoknya Jeko menghabiskan seharian mencari buku yang sama di rak yang sama tapi buku itu udah gak ada. Laku terjual.
Orang-orang goblok mana lagi yang ketipu sampe mau membeli buku yang bikin kita malah gak bisa ngerjain ujian? Dulu sebelum membaca buku itu, Jeko gak bisa ngerjain soal ujian dan setelah baca dia tetep gak bisa ngerjain soal ujian, jadi mendingan gak usah baca, dong. Buang-buang waktu.
Setelah dua hari nongkrong di toko buku dengan niat untuk membalas dendam, orang yang dicari Jeko keliatan juga. Cowok itu ada di toko buku yang sama, lagi ngeliat-liat komik. Dia pasti bisa ngerjain soal ujian dengan baik sehingga punya waktu untuk baca komik. Pikir Jeko geram. Jeko menyamperinnya dengan langkah lebar-lebar.
"Mas! mas! Halo?"
Cowok itu menoleh dan kaget, "Hey! Saya kan bilang kita gak boleh ketemu lagi!"
"Maaf, tapi saya protes karena saya gak bisa ngerjain ujian!"
"Lho? Apa hubungannya sama saya?"
"Yang saya baca kan bukunya mas?"
"Nah! Udah bagus saya pinjemin. Kalo mau protes ke penerbitnya atau pengarangnya sana!"
"Itu pasti karena trik kelima yang gak kebaca di kertas tisu itu!" Jeko masih ngotot.
"Lagian, kenapa gak disalin ke kertas biasa?"
Pasti cowok itu juga udah baca buku trik-trik mengelak karena dia pinter banget ngeles. Kenapa semua kesalahan ditimpakan ke Jeko? Dengan air mata yang tumpah ruah, akhirnya Jeko menceritakan masalah ujiannya. Cowok itu bersimpati. Dia berusaha mengingat-ingat isi buku itu.
"Kayaknya saya inget, deh!"
Jeko antusias banget, "Mas hebat! Pasti mas baca bukunya berulang-ulang, kan?"
"Gak. Bacanya pas sama kamu itu aja. Buku itu pesenan adekku yang masih SMA."
"Lho, Mas bukannya SMA juga?"
"Saya sih udah kerja. Saya pikir tadinya kamu juga mau beliin buat adek kamu...," cowok itu gak enak nerusin kata-katanya setelah ngeliat muka Jeko.
"Kata orang tampang saya emang agak lebih dewasa," Jeko menciptakan alasan lagi, dan mengganti kata 'tua' dengan kata 'dewasa'.
"Ooo... tapi saya heran lho, ada orang yang lebih banyak ngabisin waktu buat baca trik belajar daripada belajarnya.
"Udah deh, Mas. Trik kelima apaan?"
"Anu... kalo gak salah... trik kelima bunyinya: kalo semua trik sudah dilakukan, jangan lupa berdoa kepada Tuhan."
****
*Cerita ini aku copas, ehm.. aku ketik ulang dari majalah Gaul. Edisi berapa lupa, udah ilang majalahnya..